Penanya mengatakan, “Apakah termasuk sunah
menyampaikan khotbah kepada manusia setelah mengubur jenazah,
dan juga merutinkannya setiap selesai penguburan?”
Penanya mendasari pertanyaan ini dengan apa yang tersebut dalam hadis al-Barāʾ,
sedangkan hadis al-Barāʾ sendiri tidak menunjukkan bahwa perbuatan ini
dilakukan secara rutin dan sunah yang berlaku untuk setiap jenazah,
melainkan hal ini terjadi karena penguburannya tertunda,
sehingga agar ada waktu untuk mempersiapkannya,
maka beliau Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam memanfaatkan kesempatan tersebut
untuk menasihati dan mengingatkan mereka.
Beliau menasihati dan mengingatkan mereka.
Jika memang nasihat tersebut dibutuhkan karena ada momen tertentu,
atau sebab dan kekeliruan tertentu,
yang perlu untuk diingatkan, maka silakan disampaikan.
Adapun jika dijadikan sunah dan dirutinkan
untuk setiap penguburan jenazah atau acara lain,
maka ini termasuk perkara yang tidak ada asalnya
dalam petunjuk Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.
====
يَقُولُ هَلْ مِنَ السُّنَّةِ
إِلْقَاءُ مَوْعِظَةٍ لِلنَّاسِ بَعْدَ دَفْنِ الْمَيِّتِ
وَبِالْاِسْتِمْرَارِ بَعْدَ دَفْنِ كُلِّ مَيِّتٍ؟
هَذَا السُّؤَالُ بَنَاهُ السَّائِلُ عَلَى مَا وَرَدَ فِي حَدِيثِ الْبَرَاءِ
وَحَدِيثُ الْبَرَاءِ لَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ
كَانَ مُعْتَادًا وَسُنَّةً مَاضِيَةً فِي كُلِّ جَنَازَةٍ
وَإِنَّمَا هَذِهِ تَأَخَّرَ اللَّحْدُ
وَكَانَ يُعْمَلُ عَلَى تَهْيِئَةٍ
فَاشْتَغَلَّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ هَذِهِ الْفُرْصَةَ
فَوَعَظَهُمْ وَذَكَّرَهُمْ
فَوَعَظَهُمْ وَذَكَّرَهُمْ
فَإِذَا كَانَتِ الْمَوْعِظَةُ جَاءَ لَهَا مُنَاسَبَةٌ مُعَيَّنَةٌ
أَوْ سَبَبٌ مُعَيَّنٌ أَوْ خَطَأٌ مُعَيَّنٌ
احْتَاجَ إِلَى تَنْبِيهٍ فَإِنَّهُ يُؤْتَى بِهَا
أَمَّا أَنْ تُتَّخَذَ سُنَّةً وَيُدَاوَمَ عَلَيْهَا
مَعَ كُلِّ جَنَازَةٍ أَوْ نَحوِ ذَلِكَ
فَهَذَا مِمَّا لَا أَصْلَ لَهُ
فِي هَدْيِ النَّبِيِّ الْكَرِيمِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ